Kenapa Harus Nonton Film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu?




Tepat tiga hari lalu, film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu baru saja tayang di seluruh bioskop se-Indonesia. Film yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama ini, rasanya sangat cocok untuk ditonton bersama keluarga, sahabat, teman, pasangan, orang asing -_-

Sejarah per-film-an di Indonesia ini nampaknya semakin membaik. Semakin banyak film-film berkualitas yang dilahirkan untuk memuaskan harapan anak-anak bangsa yang berusaha mencintai produk-produk lokal.

Mungkin Indonesia belum bisa memproduksi film sekelas Harry Potter, Fantastic Beast, Star Wars dan film sejenis lainnya. Tetapi bukan berarti dapur per-film-an Indonesia harus patah arang. Karena kalau boleh jujur, film yang diadaptasi dari novel seperti ini tentu mempunyai pangsa pasarnya sendiri, selama pengemasan yang dilakukan produser, sutradara dan penulis naskah tidak melenceng jauh dari novelnya (soalnya kan para pembacanya sudah hapal gimana ceritanya di novel).

Yang belum baca review film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, silakan baca di sini :
Review Film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

Terus, kenapa harus nonton film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu??? 




Film Ini Layak Ditonton Semua Umur
Yap. Film ini rasanya cocok untuk dinikmati semua umur (kalau bayi umur 2 bulan udah paham film, nggak apa deh diajak nonton film ini -_-).

Siapa sih yang nggak pernah bertanya-tanya dalam hidup ini? Siapa yang nggak pernah merasa hidup ini nggak adil, atau bertanya-tanya mengapa harus mengalami kondisi yang seperti ini, atau sejenisnya. Aku rasa, sebelum menjadi seorang dewasa yang tenang, berpikiran matang, semua orang pernah mengalami masa-masa sulit yang membuat dirinya bertanya-tanya tentang hidup ini. Bersyukur jika ia mendapatkan jawabannya dengan cara yang benar, bagaimana jika dengan cara yang salah?

Di novelnya yang aku baca, Bang Tere menjawab semua pertanyaan ini dengan teramat sangat baik. Jawaban yang akan membuat kita berhenti menyalahkan Tuhan ataupun keadaan. Jawaban yang akan membuat kita lebih legowo menerima apa yang telah digariskan di hidup kita; bahwa segala yang terjadi selalu memiliki alasan yang berkaitan dengan orang lain.



Anak-anak yang mungkin kita ajak menonton film ini, bisa kita berikan arahan dan penjelasan.
“Jadi Nak, kalau kamu ngerasa hidup itu nggak adil, coba dilihat lagi. Apa bener Allah nggak adil? Coba lihat di sekitarmu……… blablabla”
Efeknya apa? Nggak sekarang. Berpuluh tahun kemudian, ketika anak-anak atau para remaja yang menonton film ini mengalami permasalahan yang membuat mereka bertanya-tanya perihal hidupnya, mereka—InsyaaAllah—akan ingat penjelasan dari film ini (pun pengarahan dari orangtuanya atau kakaknya atau siapapun yang mendampingi mereka ketika menonton film ini).




5 Pertanyaan Yang Pasti Salah Satunya Pernah Ditanyakan
Apa saja kelima pertanyaan Ray tentang kehidupannya? Silakan tanyakan pada dirimu sendiri setelah membaca bagian ini, pernahkah kamu mempertanyakan salah satunya?

“Bukankah ada puluhan panti di kota ini… Kenapa harus panti itu? Kenapa?”
Siapa yang tidak pernah mempertanyakan ini? Mungkin sebagian orang pernah. Kenapa harus di sini? Dengan kondisi ini? Menjalani yang seperti ini?
Tetapi Tuhan Maha Mengetahui, sedangkan kita tidak. Selalu ada alasan mengapa kita ditempatkan di suatu tempat dan suatu kondisi, yang selalu berkaitan dengan orang lain. Dan film ini menjawabnya dengan baik.

“Apakah hidup ini adil?”
Bukan hanya remaja atau dewasa tanggung, aku pernah mendengar seseorang yang sudah sepuh mempertanyakan ini padauk—yang pada saat itu hanya remaja 18 tahun.
Apakah hidup ini adil? Mungkin kita harus mengubah sudut pandang ketika mempertanyakan ini. Sebab pertanyaan ini tidak hanya untuk menjawab satu keadilan bagi seseorang saja, tetapi bagi banyak orang.
“Aku sederhanakan bagimu, Ray, selalulah berharap sedikit. Ya! Berharap sedikit, memberi banyak… Maka kau akan siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan.”

“Kenapa langit tega sekali mengambil istrimu… Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi?”
Cara terbaik memahami bentuk kehilangan adalah dari sisi yang pergi, bukan dari sisi yang ditinggalkan. Ini adalah yang kutangkap dari novelnya.
Kita selalu memandang kehilangan dari sisi yang ditinggalkan, tentu saja selalu menyakitkan dan memilukan. Tetapi bagaimana dengan sisi yang pergi? Bisa jadi ketika dia pergi, seluruh malaikat sedang bertasbih menjemputnya.



“Walaupun kau sudah memiliki segalanya, tapi mengapa selalu saja merasa hampa, kosong?”
Nah, ini. Kita memiliki segalanya tetapi merasa kosong?
Dalam cerita novelnya (karena di film berdurasi dua jam itu hanya menyelesaikan 2 pertanyaan saja, jadi aku belum tahu kelanjutan pertanyaan ini jika di-film-kan), Ray mengejar dunia dengan sangat. Siklus mengerikan ini sungguh menyiksa hingga janggi waktu yang panjang. Semakin mengejar dunia, semakin kita tidak menemukan apa-apa.
Semoga novel ini menjadi pengingat kita bahwasanya dunia ini bukan apa-apa.

“Mengapa Tuhan tidak menjemputnya saja langsung… Mengapa harus mengalami semua sakit ini selama enam tahun?”
“Sejatinya pertanyaan itu sebenarnya tentang definisi ukuran. Apa yang disebut menyakitkan? Apa yang disebut kejadian menyenangkan? Sejatinya pertanyaan itu tentang perbandingan. Ray, tahukah kau bedanya antara enam tahun terakhir di panti, enam tahun bersama istrimu dan enam tahun selama kau sakit-sakitan? Tidak ada! Sama sekali tidak ada bedanya. Ray, semua itu hanya perbandingan. Otak manusia, sejak berabad-abad lalu sudah terlatih menyimpan banyak perbandingan berdasarkan versi mereka sendiri, menerjemahkan nilai serratus itu bagus, nilai lima puluh itu jelek.  Otak manusia yang keterlaluan pintarnya mengumpulkan semua kejadian itu dalam sebuah buku besar, yang disebut perbandingan. Ketahuilah, ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa cukup dengan semua penderitaan maka kau harus melihat ke atas, pasti ada yang lebih menyakitkan darimu. Ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan yang datang, maka kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu.




Versi Mudah Bagi Yang Tidak Suka (Atau Tidak Sempat) Membaca
Yes! Rasanya tidak rahasia lagi minat baca yang kurang atau kesibukan pekerjaan membuat banyak dari warga masyarakat Indonesia tidak membaca novel yang lumayan tebal ini. Jadi, film ini hadir dalam bentuk visualnya yang insyaaAllah keseluruhan isi cerita di novelnya teradaptasi dengan baik.

Cara mudah mendapatkan nilai kehidupan yang sebegitu besarnya hanya dengan duduk, nonton, dan mendengarkan.



Alasannya cuma tiga itu aja?
Iya, tiga aja sudah cukup, kok. Banyak-banyak alasan dikasih jika niatmu tak ada untuk tetap tinggal di sini, tak akan berarti apa-apa. Kau akan tetap pergi. -_____________-


Ah ya, alasan terakhir.



Satu Tiketmu Akan Menentukan Film Selanjutnya
Kemarin ketika aku menonton film ini, isi studio tuh sepi amat! Aku cemas film ini akan turun layar dalam waktu dekat. Jika hasil penjualan tidak menutupi biaya produksi, bagaimana mungkin produser akan berani membuat kelanjutan film ini?



Please, film ini sangat amat layak untuk ditonton. Semoga film ini menjadi jalan bagi novel-novel best seller lainnya untuk di-film-kan. Danial Rifky—sang sutradara—sudah bekerja keras untuk membuat keseluruhan detail dalam novel teradaptasi dengan baik ke dalam bentuk visual. Dan aku benar-benar mengapresiasi ini semua.

Ada begitu banyak film based on novel, kenapa aku begitu excited menulis tentang film ini??
Iya, sebenarnya ada banyak. Film Laskar Pelangi contohnya. Aku mengetahui novelnya setelah filmnya keluar. Jadi aku tidak bisa memberikan perbandingannya dan bercerita panjang lebar berapa persen film ini mengadaptasi cerita dari novelnya. Sebab aku tiba-tiba saja tidak minat membaca novelnya—yang trilogy—setelah itu.

Atau film Remember When yang novelnya ditulis oleh Winna Efendi. Aku sudah lebih dulu membaca novelnya sebelum filmnya rilis. Hanya saja aku tidak berminat menonton filmnya pada saat itu, karena ya, sebagus apapun cerita novelnya—bahkan mungkin filmnya, cerita hanya begitu saja, tentang remaja dan masalah percintaannya.

Tetapi novel ini berbeda. Nilai kehidupannya lebih luar biasa. Itulah mengapa aku begitu tertarik untuk bercerita tentang filmnya panjang lebar. Nilai kehidupan di novel ini berlaku untuk semua kalangan, semua umur, semua kasta, semua bangsa dan negara -_-

Akhir pekan bersama keluarga dan anak-anak setelah melewati masa ujian dihabiskan dengan menonton film ini, rasanya sangat worth to try. Hehe

Sampai ketemu di #RandomTalk selanjutnya!
See you!
  


Sumber Foto : IDNTimes | YouTube | JawaPos | 

Post a Comment

1 Comments

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete