Tentang Sebuah Pernikahan.....

"Tanggal 2 aku lamaran mbakrum.. Datanglah."

What a big surprise for me!! Kakcha mau lamaran, dan bakal nikah bulan 8 atau 9. Tentu aku seneng banget dengar kabar itu. Sampai-sampai aku teriak-teriak di kamar temenku (karena saat itu aku menginap di rumah temen). Lalu aku teringat tentang bagaimana dulu aku mempertemukannya dengan Bang Ahmad (calon suaminya ini). Inget banget setiap hal dan setiap cerita tentang mereka. Masih inget banget kejadian pas mereka kejar-kejaran motor karena Kakcha ngambek. Hahahaha aku inget semuanya!

Pantas aja dari kemarin-kemarin aku kepikiran Kakcha mulu. Mau nge-line tapi nggak sempat-sempat, nggak keinget kadang, ingetnya pas aku lagi istirahat mau tidur, tapi mau ngeline udah kemalaman (aku tahu jam berapa Kakcha tidur biasanya). Dan alhamdulillah pas UTS kemarin dapat langkah buat nge-line dia, dan ternyata aku dapat kabar bahagia ini. See? Aku udah dapat feeling duluan tentang ini. Ternyata inilah alasan kenapa aku terus-menerus keingat Kakcha.

Ha! Waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin Ramadhan 2009, pas aku menjumpakan Kakcha sama Bang Ahmad. Lalu kami berpisah, setelah tamat SMK, hanya ketemu sekali pas aku ngisi acara KlubBukuMedan (yang jadi awal aku gabung di klub membaca ini). Dan sekarang mereka akan nikah.

Kemarin, aku nemenin Kakcha beli hantarannya. Dan tibalah membeli pakaian dalam dan abang itu ikut sama kami (iyalah namanya nemenin calon istrinya). Jadi, seraya jalan dan menggandeng tangan Kakcha, aku berbisik ke Kakcha.

Aku : "Kak, tahu nggak?"
Kakcha : *geleng-geleng*
Aku : "Aku bahkan nggak pernah ngebeli pakaian dalamku sendiri."
Kakcha : "Jadi?! Yang beli selama ini siapa?"
Aku : *nyengir* "Mamaku hehehe habisnya aku malu sih beli begituan."

Jadilah aku diketawain Kakcha. Dan setelah keliling bentar, ketemulah sama toko yang menyediakan banyak motif yang kebetulan Kakcha suka. Jadilah kami milih-milih di situ. Jujur, bagus-bagus sih motifnya hehehe :p Dan aku ngebantu Kakcha milih. Dan beberapa lagi nanyak ke abang itu (aku nyengir aja pas ini).

Selama ngebantuin Kakcha milih, aku ngebatin dalam hati, "nanti aku juga kayak gini?" atau terkadang senyum-senyum nggak jelas sambil mikir, "mamaku masih sabar kan ya nunda beberapa tahun untuk nimang cucu?" atau di lain kesempatan berpikir, "emang ada yang mau ngejadiin aku istri?" dan kemudian bisikan dari alam gaib datang, "emang aku udah mau memulai hal yang kayak gitu lagi?", dan di situlah aku mulai terdiam.

Di saat orang-orang di sekitarku mulai menemukan, di saat itulah aku merasa semakin kehilangan. Tapi aku terlalu bahagia untuk setiap hal yang ditemukan oleh teman-temanku, sampai-sampai aku nggak pernah memikirkan apa yang telah hilang dariku. 

Saat ini Kakcha telah menemukan kepingan hidupnya yang baru, beberapa temanku yang lain menemukan orang yang dicintainya dan mulai menjalin hubungan, beberapa lagi mulai memikirkan pernikahan. Dan aku? Aku hanya memikirkan tahun-tahun di mana aku akan melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan. Tidakkah aku memikirkan hal-hal yang seperti itu? Terkadang. Percayalah terkadang aku memikirkan hal itu, sebelum hatiku menepis dengan satu kalimat hebat, "nobody wants me."

Seperti biasa, keakraban kami bertiga (aku, kakcha, bang ahmad) nggak pernah berubah. Meski udah lama nggak  ketemu, akan ada hal yang bisa dibahas. Kami cerita-cerita banyak hal. Dan ketika aku menceritakan sebuah potongan hidupku yang 'kemarin', bang ahmad menyimpulkan begini, "Si ningrum nggak trauma, nggak. Bukan karena nggak ada yang mau sama dia, nggak juga. Bahkan kalau dia mau, dia bisa dapet yang lebih. Tapi dia belum mau memulai. Dia masih merasa enak sama kondisinya yang sekarang. Dan lagi malas mencampuri hidupnya sama hal yang kayak gitu."

Aku cuma senyum. Ya, tentu aja aku nggak trauma. Oh, God, kenapa aku harus trauma? Dan bukan karena nggak ada yang mau, tentu aja bukan. Terus yang dekat samaku ini mau kukemanain? Tapi, aku belum mau memulai. Nah, mungkin ini yang tepat. Aku masih belum ingin menceritakan hal panjang-lebar ke orang lain, yang pada akhirnya akan pergi lagi. Duh, please, segala kisah di hidupku ini terlalu panjang untuk kuceritakan ke orang-orang yang nantinya akan pergi meninggalkanku juga. Masih mending tadi aku bisa minjem Kitab Kenanganku ke Tuhan, ya sok atuh monggo, tinggal ngebaca aja kalau ada orang baru di hidupku. Jadi ya, biarlah aku cari yang tepat dulu, atau biarkan aku menikmati hari-hariku yang seperti ini. 

Kemarin, dan kemarin-kemarinnya lagi, ada terlalu banyak orang yang bertanya seperti ini, "Siapa pacarnya sekarang? Ha?! Kok nggak ada? Nggak mungkin! Kan udah jadi penulis, udah jadi model, jadi blablablabla, masa nggak ada pacarnya?". 


Dan dengan senyum yang paling ikhlas aku menjawab, "Bang/Kak, ketika seseorang menginginkanku dengan memandang 'siapa aku', selamanya nggak akan pernah tulus". Mereka pun terdiam.

Mungkin dulu aku berpikir ingin menjadi ini itu segala macam, biar aku terlihat WAH. Tapi itu salah, dan ternyata semakin menjadi 'siapa-siapa' di hidup ini, akan ada semakin banyak pertanyaan yang sebenarnya menunjukkan betapa tak ada ketulusan di sana. Ya, segala sesuatunya harus seimbang kan? Tentu lah aku akan berkata pula akan semakin banyak yang datang ke hidupmu dan memberi arti. Itu lebih dari cukup.

Sampai sekarang, ketika mendengar kata 'nikah' atau ada saudara dan teman-teman yang menyindir dan membahas itu, aku langsung berpikir aja ni hidupku udah habis aja. Berapa sih usia yang diinginkan cewek untuk menikah? 20 tahun? 21 tahun? 22 tahun? atau maksimal 25 tahun?

Oke. Jika sekarang umurku 20 tahun, aku punya waktu 5 tahun lagi. Jadi, biar aku hitung-hitungan. Aku akan wisuda bulan 9, yang artinya umurku udah 21. Aku butuh 2 tahun lagi untuk lanjut S1 (misal pun lanjut), berarti saat tamat S1 umurku 23 tahun. Aku harus mencari kerja dalam setahun. Anggaplah aku dapat kerja di usia 24 tahun. Setahun kemudian aku gunakan untuk mencari jodoh? Sedangkan masih banyak hal yang ingin kuluruskan. Anggaplah aku menemukan seseorang, bisalah aku menikah. Tapi kalau nggak? Ya masa harus kupaksakan aku menikah di usia 25 tahun?

Ah, itu hanya hitung-hitungan kotor hahaha :D lagipula, aku nggak menutup kemungkinan di usia 22 tahun nanti aku menikah *plinplan ini* Cuma yah, biarlah begini adanya. 

Pernikahan itu sesuatu yang akan dijalani bertahun-tahun, bukan? Sampai kita meninggal. Menikah bukan cuma tentang menikahi orang yang kita cintai, tapi menikahi keluarganya juga. Jadi, tanya hati berulang kali ketika ingin menikah dengan seseorang, "siapakah aku menghentikan hidupku (untuk menetapkan hidupku pada satu hal ini)??"

Jadi, tanggal 2 nanti aku akan datang pas Kakcha lamaran. Tentu aku datang sebagai saudara. Bukan teman biasa kan ya :p Aku selalu berdoa yang terbaik untuk kalian. Kutunggu keponakan dari kalian, ya! :)

Terus, kapan aku menikah? 
Nanti, ketika aku merasa pantas dipinang seseorang. 


Nb : tulisan sengaja nggak diedit.

Post a Comment

0 Comments