[REVIEW] Novel Revolusi - Reza Nufa

Penulis     : Reza Nufa
Judul        : Revolusi
ISBN(13) : 978-602-1871-54-6
ISBN(10)  : 602-1871-54-5
Penerbit    : Bypass
Tebal        : 280 halaman
Harga       : Rp. 45.000

Oke, novel ini sampe di tanganku kemarin sore. Sekitar jam lima sore, dan benar-benar mengganggu tidur siangku -_- (Kenapa si mas Reza Nupa ini selalu mengganggu jam tidur siangku?) *abaikan
Seharian aku duduk di Ulee Kareng untuk menyelesaikan novel ini. Dan sekarang, saat aku mengetik review ini, aku masih berada di tempat itu. (Belum pulang seharian untuk menyelesaikan ini.) *baikkan aku?? :p

Oke, abaikan paragraf di atas. Aku mau mulai review nih :) Selamat membaca.

Revolusi sebuah novel yang menceritakan permasalahan di antara para Polisi dan Demonstran yang sering terjadi di Indonesia. Masalah politik menjadi topik utama dalam novel ini, tetapi tetap ada bumbu percintaan di dalamnya.
Lewat Revolusi, Mas Reza berusaha menyampaikan permasalahan yang kerap kali terjadi di negeri ini. Pun demo yang sering terjadi di Indonesia, yang kerap kali menimbulkan baku hantam antara para demonstran (yang sebagian besar datang dari kalangan mahasiswa) dengan para polisi yang posisinya di sini sebagai pion-pion negara. Di sini, Mas Reza berusaha merangkum cerita dari kedua sudut itu, sudut para demonstran dan sudut para polisi tetap dengan penulisan yang segar.
Fajar, seorang mahasiswa Universitas Trisakti yang sering melakukan orasi dan terlibat langsung dalam demo. 
Dira, seorang cewek tomboi namun memiliki hati yang lembut dan senyum yang manis, yang selalu cuek dan tidak peduli dengan perpolitikan di Indonesia membuatnya tidak pernah tahu-menahu dan tidak peduli dengan masalah yang terjadi dengan dunia politik di Indonesia.
Irham, seorang polisi yang menggenggam prinsip dan tanggung jawabnya dengan teguh. Namun, ada sosok penuh kelembutan dan kasih sayang di balik seragamnya yang gagah.
Fajar, yang mengenal Dira lewat temannya, saat itu memberanikan diri untuk menyapanya secara langsung yang saat itu sedang melintas di hadapannya. Fajar mengagumi sosok Dira yang kebanyakan orang berpikir bahwa dia cewek tomboi yang sangar. Dira sering kali memasuki jalur busway untuk menghindari kemacetan sore hari, saat dia pulang kuliah. Irham, sebagai seorang polisi yang bertanggung jawab dan mempunyai tugas mengatur lalu-lintas Jakarta yang tak pernah lengang itu, suatu sore menangkap Dira yang sedang santai melintas di jalur busway. Irham yang menyangka Dira seorang cowok karena penampilannya yang persis seperti lelaki itu, begitu terpesona saat melihat Dira membuka helmnya dan mengetahui bahwa ada seorang gadis cantik di balik helm itu.
Cinta segitiga terjadi di antara mereka. Irham, sosok yang tidak pernah mengenal cinta, begitu mengagumi Dira yang terlihat berbeda dan sangat cantik. Perlahan, Irham merasakan cinta tumbuh di hatinya untuk Dira, meski mereka baru saja kenal. Fajar, sosok yang selalu saja tertarik dengan perkembangan politik di Indonesia, dan menjadi aktivis dalam setiap demo, turut mencintai Dira. Sedangkan Dira, yang biasanya selalu cuek dan tidak begitu tertarik pada cowok, perlahan mulai luluh dengan Irham dan Fajar. Irham, sosok yang menyita rindu dan cintanya. Fajar, sosok lembut yang selalu mampu membujuknya dan membuatnya tersenyum. Mereka adalah lelaki yang sangat disayangi Dira. Lalu, saat demo semakin memanas dan bergejolak, saat semua berteriak dan menginginkan presiden turun dari jabatannya, saat itulah Dira menghadapi dua pilihan. Di satu sisi, Fajar, orang yang disayanginya dan sangat mencintainya, berada di pihak demonstran yang tergabung dalam kubu mahasiswa dan masyarakat yang peduli dengan kemajuan bangsa. Sedangkan di sisi lain, Irham, cowok yang juga disayanginya dan menyita cintanya, berada di kubu para pembela petinggi, yang sebenarnya dia hanyalah pion yang menjalankan perintah dari atasan. Fajar di posisi penyerang, dan Irham di posisi pertahanan. Dua posisi yang jelas-jelas membuat Dira bingung, sisi mana yang menjadi pihaknya? Ke mana dia harus berpihak? Lalu, bagaimana dengan cinta Dira ke Irham? Bagaimana Fajar yang terlibat baku hantam dalam demo itu? Baca sendiri ya kisahnya :p

Oke, itu tadi ringkasannya. Aku mau komentar ceritanya. 
Tema yang diangkat Mas Reza ini mungkin pernah diangkat beberapa penulis lain. Namun, Mas Reza punya cara bercerita sendiri, yang menurutku segar dan menggugah hati untuk membaca ceritanya hingga halaman terakhir. Bahkan, untuk ukuranku, yang sebenarnya nggak pernah tertarik dengan perpolitikan (nggak jauh beda dari Dira), tidak menemukan titik bosan saat membaca novel ini. Segar!
Cuma, ada beberapa hal yang sangat disayangkan. Aku menemukan beberapa kekurangan dalam novel ini. Ada beberapa typo yang sepertinya cukup banyak dan cukup mengganggu. Terkadang, aku menemukan bagian di mana tokohnya saling tertukar. Misal, yang seharusnya menjadi bagian Fajar, malah tertulis nama Irham di sana (hal.104). Ada beberapa sih kesalahan seperti ini. Beberapa kalimat ada yang (mungkin karena salah pengetikan atau gimana ya, jadi agak kurang enak dibaca. Walaupun aku tahu maksudnya apa.)
Iya, aku ngerti. Mungkin editornya khilaf ya hehe Editor kan juga manusia :D
Tokoh Fajar dalam novel Revolusi ini tidak jauh-jauh dari tokoh Hanif di novel Mas Reza yang sebelumnya. Pengkritik dan pemikir yang hebat! Cerdas!
But, for all, aku suka novelnya. Tapi, aku cuma ngasih bintang 3 dari 5 bintang yang kupunya untuk novel ini. Aku lebih suka novel yang sebelumnya, Hanif, yang meraih 4,5 bintang dariku.
Oh ya, untuk penceritaannya yang menarik, dan pesan moral yang bagus, aku tambahin 1/2 bintang lagi. Jadi, 3,5 bintang untuk novel ini. :)
Biar gimanapun, aku suka sama tulisannya Mas Reza. Mungkin cuma karena kesalahan yang tidak disengaja itu saja ya :')
Terus berkarya, Mas! 
Makasii udah ngasih kesempatan untuk nge-review novelmu, Mas!! Walau sebenarnya aku ngerasa review ini benar-benar buruk (faktor nggak pande nge-review).

Buat kalian yang baca review ini, aku RECOMMENDED banget novel ini untuk dibaca. Sangat sesuai dengan pandangan-pandangan masyarakat, mahasiswa dan rakyat Indonesia tentang buruknya kinerja polisi. Kalian harus baca, tidak semua polisi buruk seperti pandangan kita pada umumnya :') 


Aku mau ngasih beberapa kalimat dalam novel ini yang membuat tersentuh *eh :p


"Pemberian cinta tak pernah usang; meski kecil, tetap terasa manis dan berkesan." - Revolusi (hal.128)


"Tidak ada ucap rindu atau sayang meski sebenarnya mereka saling menginginkan." - Revolusi

Post a Comment

0 Comments