Memori Oktober 2014



seluruh finalis Putri Indonesia Sumatera Utara 2014

            Tahun lalu, tepat di Oktober. Saya bertemu dengan orang-orang hebat ini. Dari latar yang berbeda, namun mencoba untuk satu hal yang sama, menjadi perwakilan provinsi Sumatera Utara dan berharap bisa membanggakan Sumut di Nasional, lalu mewakili Indonesia di ajang Internasional.
            Seleksi pertama, psikotest yang dilaksanakan hari Minggu, 19 Oktober 2014. Awalnya berpikir, saya akan berhenti di sini. Karena setelah psikotest, ada wawancara singkat dengan dewan juri. Tapi langit berkata lain, karena saya dikasih kesempatan untuk lanjut ke audisi berikutnya.
            Senin, 20 Oktober 2014, Atrium Cambridge. Hari itu saya ketemu sama Noni, Ika, Ulan, Kak Anggi (alumni Politeknik Negeri Medan dan senior saya di kampus), dan beberapa lainnya. Dan hari itu nggak cuma catwalk, tapi cek kulit dan sesi interview yang benar-benar di luar dugaan. Satu per satu ke depan, dan mendapat lima pertanyaan dari lima dewan juri. Setiap peserta mendapat pertanyaan berbeda, dan Alhamdulillah ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. Hal yang membanggakan dari ketidakbisaan itu adalah, saya tetap tenang dan bisa mengendalikan situasi.
            Selasa, 21 Oktober 2014. Saatnya nunjukin bakaaattt!! Finalis lain yang belum datang di hari Senin, mereka dikasih kesempatan datang hari Selasa—maklum, ada yang ujian, kuliah, sekolah. Makin ramailah suasana. Di sini jadi tahu, Noni dan Kak Anggi punya suara yang cetaaarrrr. Ika yang jadi MC dengan bahasa yang lugas. Dan semuanya benar-benar berbakat. Saya? Bakat saya hanya mengarang cerita. Ahahhaa, tidak. Saya akan menari. Karena itu juga bakat di bangku sekolahan dulu. Di sini juga saya bertemu dengan Kak Fanny, Kak Uty, Dimi, Kak Silvi, Thara, Sunita, dan lainnya yang masih saya ingat sampai sekarang. Berita baiknya, kami, delapan belas finalis akan mengikuti serangkaian kegiatan karantina pada hari Kamis, yang berarti hari Rabu bisa istirahaaatttt.
****
kunjungan ke Dinas Pariwisata
            Selama karantina, saya dan finalis lainnya mengunjungi banyak tempat dan mendapatkan banyak ilmu. Dinas Pariwisata Medan, Bank Sumut, Home Centra dan tempat-tempat lainnya. Semuanya terjadwal, dari tidur sampai bangun sampai tidur lagi. Dan apa yang saya pikirkan? Beginilah rasanya jadi puteri. Ada banyak hal yang harus dipelajari dan diterapkan. Mulai dari cara bersikap, cara makan, cara berbicara, dan lainnya. Satu hal yang saya kutip dari semua pengalaman ini;
            “Untuk menjadi seorang puteri, seseorang harus mempunyai kecantikan dari dalam hatinya. Kecantikan yang membentuk karakter seorang perempuan Indonesia, yang ber-attitude baik, cerdas dan memiliki rasa cinta terhadap budaya Indonesia yang beragam.”


Bang Kelana Limster, trainer yang super kece.

Taraaaaaaaaa!!! Who is he? Lelaki kece ini adalah trainer hebat kami, finalis Putri Indonesia Sumatera Utara 2014. Malam pertama karantina, ketika kami sudah mulai lelah, di situ pula kami harus latihan koreo, cara berjalan, berbicara, dan lainnya. Ngantuk? Pasti. Capek? Nggak perlu ditanya. Sampai-sampai Noni dengan wajah lesunya, justru bisa membuat kami tertawa. Dan setelah tahu kalau Bang Kelana ini super duper kece dan bisaaaaa banget ngembaliin mood orang, rasa kantuk itu hilang. Dengan semangat pula kami latihan. Tertawa bareng, latihan bareng. How a beautifull thing of October.
Dari Bang Kelana ini juga kami dapat yel-yel;
“Ibu Lily”, ucap Bang Kelana.
“Banyak bunga-bungaaaaaaaa”, sahut kami kompak. (Pasalnya Bu Lily meminta agar latihan dipercepat dan terlihat lelah). Dan sebelum tidur, salam perpisahan itu dengan; “I feel freeee!!!” (dengan tangan bergerak layaknya sedang berbaring di kasur).
            Dan dari Bang Kelana ini juga panggilan ‘Fatin’ itu lahir. Jadilah sepanjang karantina nama saya diganti menjadi Fatin (dan sampai sekarang pun masih begitu). Katanya sih, mirip Fatin. Katanya...... :p
****
            Ada banyak hal yang saya pelajari dari sini. Menurut saya, setiap perempuan merupakan seorang puteri di kehidupannya. Tinggal bagaimana mereka memaknai kata ‘puteri’ itu di hidupnya. Apakah saya menang? Tentu saja. Definisi ‘menang’ kan berbeda-beda setiap orang. Yang pasti, setelah semua ini, saya dan mereka akan tetap menjadi ‘puteri’. Sederhananya, seorang ‘puteri’ untuk kedua orangtua kami.

            “Kemenangan yang sesungguhnya adalah ketika seseorang mampu mengalahkan rasa takut di dalam dirinya, dan mencoba setiap kemungkinan dalam hidupnya.” – @cemumuts


Saat Grand Final. Benarkah mirip Fatin? :3


Makan siang di Rumah Kawan Kopi. Tempatnya nyaman banget!

            
Sebelum check out, selfie sukeceh!


Hunting foto di Kampung Lada.


Ini-lah para pemenang, bersama Kak Mega (Puteri Indonesia Sumut 2013 dan Puteri Indonesia Persahabatan 2014) dan Kak Elvira (Puteri Indonesia 2014)

Post a Comment

0 Comments