Hari (bersama) Ayah, Ayahku (bukan) Superman






Di dunia ini, ada banyak sekali kisah tentang Ibu yang kita temui di beranda majalah, di novel-novel terkenal, di laman mesin pencarian. Sosok Ibu memang nggak bisa digantikan oleh siapapun, tetapi Ibu bisa menggantikan sosok manapun. Teman, sahabat, ayah, kakak, adik, teman bertengkar. Ibu bisa menjadi semua itu. Tetapi, entah mengapa seolah sosok Ayah jadi kalah penting sejak kita menyadari perayaan Hari Ibu selalu lebih menggemakan dunia ini. 

Di dunia ini, ada lelaki yang akan membuat kita (para perempuan) jatuh cinta pada pandangan pertama, yaitu Ayah. 

Sampai kapanpun, kita selalu menjadi gadis kecil di hadapan Ayah kita. Rasanya, membiarkan seorang anak gadis mendewasa seiring kesibukannya bekerja, menjadi hal yang paling berat untuk direlakan bagi seorang Ayah. Setiap pagi, sebelum gadis kecilnya bangun, Ayah sudah pergi bekerja. Malam hari, sepulang kerja, gadis kecilnya sudah kembali tertidur. Ternyata, bukan hanya kita yang merindukan sosok "ayah" dalam hidup kita, tetapi Ayah kitapun merindukan kita.

Ayah nggak bisa masak makanan enak, nggak nganterin kita sekolah, nggak nemenin kita belajar, nggak nungguin kita makan. Aku berani bertaruh, sebagian besar anak di dunia ini menghabiskan waktunya bersama Ibu mereka. Wajar saja jika semua anak akan selalu menyebut nama Ibu mereka setiap sakit, atau tiap kali menangis. Ibu selalu ada untuk mengerti setiap perasaan anaknya, berlaku dengan lembut, selalu mengutamakan anaknya. Ibu rela kehilangan waktu tidurnya hanya untuk menjaga anak-anaknya ketika sakit, dan begitu sabar bahkan ketika anak-anaknya mengatakan ingin makan di luar bersama teman-temannya, padahal ia telah menyiapkan makanan kesukaan anak-anaknya.

Ibu selalu sempurna, karena Tuhan menciptakan perempuan dengan semua kesempurnaan itu.

Tetapi....

Ayah selalu memiliki hati sekuat baja, menahan rindu demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Ayah selalu bekerja keras agar bisa membelikan baju lebaran anaknya. Ayah juga yang selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi sosok yang tegar. 

Setiap menit, dalam penatnya pekerjaan, rasa lelah yang menumpuk di pundak, ingatannya selalu tertuju pada rumah, pada anak-anak yang dirindukannya. Seperti para siswa yang merindukan weekend untuk libur belajar, Ayah akan merindukan akhir pekan untuk bisa bersama anak-anaknya. 

Setiap jam, di sela jam istirahat makan siang, bukan sekali atau dua kali, tetapi teramat sering perasaan khawatir menghampiri Ayah. Takut dilupakan karena ketidakhadiran Ayah dalam setiap moment anak-anaknya, takut waktu berlalu terlalu cepat hingga ketika tersadar, anak-anaknya sudah pada dewasa dan memiliki dunianya sendiri. Takut diasingkan, seolah anak-anaknya tidak mengenal Ayahnya, begitupun sebaliknya. Ayah terlalu takut banyak hal, bahkan setiap kali anaknya berulang tahun, hatinya melengos pedih, karena cepat atau lambat, anak-anaknya akan pergi meninggalkan rumah dan memiliki kehidupan yang baru. Tanpa sadar, ia tak pernah menghabiskan waktu bersama anaknya. Semua perasaan takut ini menjadi momok bagi Ayah, hingga mereka lupa, bahwa mereka pun menua tahun ke tahun.

Di hari pernikahan, bagi seorang anak perempuan, tentu moment ini merupakan moment paling bahagia. Bisa bersama orang yang dicintai, siap membangun rumah tangga dan memiliki suami yang akan membersamai dalam melewati hidup. Tetapi, bagi seorang Ayah, moment ini merupakan moment simalakama. Sebagai seorang Ayah, tentu ia akan merasa bahagia atas kebahagiaan anaknya. Tetapi sebagai seorang lelaki yang memiliki seorang putri, tentu ada rasa tidak rela. Ia belum sempat menghabiskan banyak waktu dengan anak gadisnya, lalu tiba-tiba saja seorang lelaki datang meminang gadis kecilnya. Rasa cemas itu kembali datang, bagaimana jika lelaki itu menyakiti putrinya, bagaimana jika nanti ia merindukan anaknya. Hingga ketika melepas putrinya nanti, Ayah bahkan tidak mampu berbisik ke putrinya, betapa ia sangat merindukan putrinya, dan selalu menantikan kepulangan putrinya ke rumah.

Bagaimana rasanya ketika kita tidak mampu mengungkapkan perasaan kita kepada seseorang? Menyakitkan? Tentu. 
Barangkali, begitu pula yang dirasakan seorang Ayah.

Kita akan bersusah-payah mengumpulkan uang untuk membelikan kado untuk Ibu kita ketika Hari Ibu tiba. Tetapi kita hampir mengabaikan Hari Ayah, dan tidak memberikan apapun pada Ayah. 

Ayahku tidak pernah berkata bahwa ia merindukanku. Ia juga tidak pernah datang ke sekolah mengambil rapor sekolahku, tidak mendaftarkanku ke sekolah ataupun universitas, tidak datang di hari wisudaku, tidak juga meninabobokanku dengan dongeng sewaktu aku kecil. 

Ayahku tidak pernah tahu apa warna kesukaanku, mungkin lupa kapan hari lahirku. Ia tidak pernah mengajakku ke mall, atau mengajariku main layangan. Ayahku tidak bisa main gitar, padahal aku suka main gitar. Aku juga tidak belajar bermain bola dari Ayah. 

Tetapi...


Ayahku mengajariku bermain catur. Maka kenangan semasa SD-ku adalah bermain catur bersama Ayah. Ayah juga mengajariku bermain bulu tangkis. Masa SMP-ku diisi dengan bermain bulu tangkis bersama Ayah. 

Ayah juga mengajakku ke bengkel mobil. Tempatnya panas dan sumpek, bau oli kotor di mana-mana. Aku tidak mendapatkan mainan dan jajanan yang biasa dijual di mall atau supermarket, tetapi Ayah mengajariku membedakan kunci 16, kunci 18, kunci Inggris, kunci T, obeng bunga, dan lainnya. Tentu aku merasa unggul dari anak perempuan lainnya, ketika anak perempuan lain hanya tahu obeng dan kunci tanpa tahu secara spesifik.

Ayahku tidak pernah mengatakan apakah dia merindukanku atau tidak. Tetapi, ketika melepasku pergi sejauh ini, ia memelukku dengan erat dan meneteskan air mata. Itu kali pertama aku melihat Ayah mengkhawatirkanku. Rasa cemas itu bisa kubaca di raut wajahnya. Dan aku sadar, bahwa Ayahku menyayangiku dan selalu merindukanku.(juga aku merasa menjadi anak gadis pertama kalinya, soalnya dulu Ayah selalu ngerasa punya anak lajang dua orang -_-)

Selamat hari Ayah, Pak. 




G  I  V  E  A  W  A  Y


Untuk memperingati #HariAyahNasional ini, aku mau bagiin satu buku gratis (plus ongkir aku yang tanggung) untuk kamu.
Link Giveaway silakan klik di sini

Post a Comment

0 Comments