Bagaimana Aku Akan Mencintaimu Esok Lusa?


Lengan-lenganmu terlalu sibuk menjauhiku, pagi ini. Kita menyambut hari yang sama, dengan fase yang berbeda.
Kau dengan gelak tawamu bersama mereka. Kau yang tersenyum lebar menyambut tingkah mereka. Kau yang membiarkan mereka bergelayut manja di lenganmu. Sedang aku harus menelan diammu. Siapa aku saat itu?
Ada banyak hal yang ingin kuungkap. Sebisa mungkin aku bungkam. Demi pengertian-pengertian yang kian lama kian mengiris hatiku. Siapa aku di hidupmu pagi ini?
Kau berkutat dengan semua pikiranmu. Semakin menenggelamkan diri dalam rutinitasmu. Sedang aku tetap diam-dian menasbihkan cinta yang saban hari kauucap.
Jari-jarimu berkutat dengan tuts keyboard. Sedang aku menebak-nebak bagaimana kita esok dan seterusnya; tanpa sapaan, tanpa kabar, tanpa pertemuan dan semuanya.
Kaukata aku tak perlu takut untuk apa-apa yang belum terjadi. Kau yakinkan aku tentang nanti-nanti, bukan saat ini. Kau usap kepalaku dan berkata kau tak akan menghalangiku. Kau pinta aku untuk menunggu. Lantas, salahkah jika malam itu aku kian mencintaimu? Pantaskah jika aku merasa aku benar-benar memilikimu?
Kau menjadi alasan-alasanku untuk bangkit, kemarin. Dan kini kau tinggalkanku dalam jalan yang hanya kau-lah pemilik rutenya. Aku bisa apa selain menunggu dan mencoba mengerti?
Kau mengawali tahunku dengan segala kemungkinan, ketika sebuah kecupan mendarat di puncak kepalaku. Hari ini, awal tahunku bersimbah resah. Doa-doaku gelisah. Lengan-lenganku gemetar. Bagaimana aku akan mencintaimu esok-lusa?

Post a Comment

0 Comments