Pulau-pulau kecil berpenghuni di Anambas |
Rasanya bukan rahasia umum lagi,
jika Indonesia selalu dikait-kaitkan dengan Monas, atau kemacetan dan polusi
Jakarta, atau juga banjir yang melanda. Potret lingkungan apartemen yang mewah
bersebelahan dengan pemukiman warga yang terkena banjir juga sempat menjadi
viral di media sosial. Ironi sekali memang. Anak-anak kalangan menengah ke atas
tampak berenang di sebuah kolam renang mewah apartemen ternama, sedangkan di
samping tembok apartemen itu, tampak jelas anak-anak dari kalangan menengah ke
bawah sedang berenang dalam banjir yang melanda mereka.
Tetapi, apakah Indonesia hanya
sebatas Jakarta dan segala polemiknya?
Tentu tidak.
Pompong; transportasi menuju pulau-pulau kecil di Anambas |
Berawal dari perjalananku
beberapa hari lalu menuju Anambas— salah satu Kabupaten yang merupakan bagian
dari Kepulauan Riau, aku menemukan banyak sekali desa di pulau-pulau terpencil
yang langsung bersebelahan dengan laut lepas. Tidak hanya satu dua orang yang
bertanya keberadaan lokasi ciamik yang kuupload
di sosial mediaku, dan tidak satu-dua respon heran penuh tanya pula yang
kudapatkan. Jika banyak orang yang tidak tahu Anambas itu di mana, tentu akan
lebih banyak orang yang tidak tahu Impol itu apa.
Transportasi menuju desa-desa
kecil ini biasanya menggunakan kapal kayu yang dibekali dinamo atau genset. Masyarakat
sekitar menyebutnya pompong. Mata pencaharian paling umum di desa-desa ini
adalah melaut, mencari ikan. Sedangkan pihak keamanan, dokter dan sebagainya biasanya
didatangkan dari luar pulau—para abdi negara yang harus bersedia menjalankan
tugas di sana.
Rumah-rumah di atas Laut |
Rumah-rumah penduduk dibangun di
atas laut. Bentuknya khas, berpanggung dengan dinding dan lantai yang terbuat
dari papan. Teras-teras rumah pun dijadikan jalan lalu lalang. Tidak ada mobil
di desa-desa kecil ini, kecuali di Letung, Tarempa dan beberapa pulau yang
lebih besar. Tetapi tentu saja, jumlah mobil di pulau ini sangat sedikit. Masih
bisa dihitung dengan jari. Tidak seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Selain udara segar yang melimpah ruah, Impol juga punya laut biru bahkan pemandangan terumbu karang yang bisa dinikmati dari teras rumah. Masyarakat pulau ini tidak kekurangan wisata alam, pun pemandangan ciamik yang dicari-cari warga kota.
Jika di Medan sayur-sayuran
harganya murah dan berlimpah ruah, jangan mengharapkan hal yang sama di
desa-desa kecil ini. Harga sayuran lebih mahal, pun tingkat kesegarannya tentu
berbeda dari sayur-sayuran di Medan atau pulau Jawa.
Aktivitas favorit penduduk
sekitar ketika angin dan lautan sedang tidak bersahabat adalah menjaring ikan
tamban. Tak jarang mereka saling berbagi hasil dari menjaring. Serunya,
penduduk sekitar hanya perlu duduk di teras rumah, melempar kail, dan voila! Ikan tamban pun masuk ke
keranjang.
Meski terlihat mudah mendapatkan
lauk ikan-ikanan, nyatanya tidak selalu begitu. Ikan tamban adalah jenis ikan
yang hidup berkelompok, dan mereka akan menepi di jam-jam tertentu. Masyarakat
sudah hapal kapan bisa memancing ikan-ikan ini.
Hal yang tak kalah menarik dari Impol
adalah anak-anak di desa ini harus menyeberang ke pulau lain untuk bersekolah. Di
desa Impol sendiri terdapat sekolah dasar yang cukup dekat untuk dijangkau
dengan berjalan kaki. Tetapi anak-anak yang sudah menduduki bangku SMP dan SMA,
setiap pagi harus ke dermaga, menunggu pompong jemputan sekolah.
Kantor Kepala Desa Impol, Kecamatan Jemaja.
|
Seperti sebuah kebiasaan lama,
anak-anak ini sudah hapal pukul berapa harus stand by di dermaga, apa
yang harus dilakukan jika pompong tiba (biasanya anak-anak lelaki akan membantu
Kapten kapal untuk menepi, dan membantu anak-anak perempuan untuk menaiki
pompong), dan bagaimana cara melompat ke pompong. Segalanya terlihat biasa bagi
mereka. Padahal, aku sendiri mengalami kesulitan untuk berjalan di atas pompong
yang terombang-ambing ombak.
Tidak hanya Impol, masih banyak
desa kecil dengan pemandangan asri nan sejuk. Masih ada Desa Kusik, Desa Rewak, Desa Batu Berapit, dan desa-desa
kecil lainnya yang tak kalah indah.
Indonesia bukan hanya Monas. Bukan
pula polemik Jakarta yang selalu kontroversi. Banjir Jakarta dan kota-kota
besar lainnya selalu menjadi sorotan. Padahal, jika badai menerjang desa-desa
kecil ini, dunia tak akan tahu. Media tak akan punya akses yang cepat untuk
mengekspos kabar mereka. Tetapi biarlah, tidak terekspos itu membuat desa-desa
ini tetap indah.
Sangsaka Merah Putih masih berkibar di desa-desa kecil ini |
Seperti kata Pak Arison, Impol
juga Indonesia!
4 Comments
Ceritain dong yg kapalnya berbalik haluan :D
ReplyDeletehaha siaappp!! next akan di-upload cerita Anambas dan nyawa yang hampir lepas XD
Deleteterima kasih :)
ReplyDeleteWebsite paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^